Tag

, , , ,

HUBUNGAN PEROKOK AKTIF DAN PASIF TERHADAP BERKEMBANGNYA INTOLERANSI GLUKOSA PADA ORANG DEWASA DENGAN STUDI KOHORT PROSPEKTIF : STUDI CARDIA

Thomas K Houston, Sharina D Person, Mark J Pletcher, Kiang Liu, Carlos Iribarren, Catarina I Kiefe

Cite this article as: BMJ, doi:10.1136/bmj.38779.584028.55 (published 7 April 2006)

PENERJEMAH : CARKO BUDIYANTO, S.Ked

ABSTRAK

Tujuan : Untuk menilai apakah perokok aktif dan pasif lebih mungkin dibandingkan non-perokok untuk berkembangnya intoleransi glukosa klinis yang relevan atau diabetes.

Desain : Coronary artery risk development in young adults (CARDIA) adalah sebuah studi cohort prospektif yang dimulai pada tahun 1985-6 dengan tindak lanjut selama 15 tahun. Partisipan dalam penelitian ini berasal dari 4 tempat yang berbeda, yaitu dari Birmingham, Alabama; Chicago, Illinois; Minneapolis, Minnesota; dan Oakland, California, Amerika Serikat. Partisipan terdiri dari orang kulit hitam dan putih, laki-laki dan perempuan, yang berumur 18-30 tahun tanpa intoleransi glukosa pada awalnya, berjumlah 1386 perokok aktif saat dilakukan penelitian, 621 memiliki riwayat pernah merokok, 1452 tidak pernah merokok tapi terpapar asap rokok (perokok pasif, dibuktikan dengan pemeriksaan konsentrasi serum cotinine 1-15 ng / ml), dan 1113 tidak pernah merokok dan tidak terpapar asap rokok.

Hasil studi yang diukur : Waktu untuk berkembangnya intoleransi glukosa (glukosa ≥ 100 mg/dl atau membutuhkan obat anti diabetik) selama 15 tahun tindak lanjut.

Hasil : Rincian partisipan pada awal penelitian adalah 25,55% perempuan dan 50% adalah keturunan Afrika-Amerika. Selama masa tindak lanjut, 16,7% dari peserta mengalami intoleransi glukosa. Ada  sebuah hubungan bertingkat antara paparan merokok dan pengembangan intoleransi glukosa. Selama 15 tahun, insiden berkembangnya intoleransi glukosa tertinggi pada perokok (21,8%), diikuti oleh perokok pasif (17,2%), kemudian orang dengan riwayat merokok sebelumnya (14,4%), dan insiden terendah adalah pada kelompok yang tidak pernah merokok dan terpapar asap rokok (11,5%).

Perokok aktif saat dilakukan penelitian (hazard ratio 1,65 dengan interval kepercayaan 95% sebesar 1,27 sampai 2,13) dan perokok pasif (1,35 dengan 1,06-1,71) tetap pada risiko lebih tinggi daripada kelompok yang tidak pernah merokok dan terpapar asap rokok setelah dilakukan penyesuaian untuk beberapa faktor seperti sosiodemografi, biologis, dan faktor perilaku. Tapi, risiko pada kelompok yang memiliki riwayat merokok sebelumnya mirip dengan perokok pasif.

Kesimpulan : Temuan ini mendukung bahwa merokok secara aktif maupun pasif berperan dalam terjadinya intoleransi glukosa pada usia dewasa muda.

Donwload artikel aslinya pdf klik disini